Maret 29, 2016

RINTIK 12 - DERSIK



Sewaktu kecil, kebiasaanku dan adik perempuanku, Tiara. Suka sekali memperhatikan aliran air kala hujan. Dari balik jendela. Air kecoklatan yang menghanyutkan apa saja yang di lintasinya.

Kami berdua saling seru-seruan. Kadang berebut memilih potongan plastik atau daun yang terbawa arus. Berlomba-lomba kepunyaan siapa yang melaju lebih cepat. Meskipun sama sekali tidak memikirkan, pada akhirnya ke mana air hujan akan membawa sampah-sampah itu berlabuh.
‘Lomba’ dadakan itu, biasanya baru berakhir saat mama mulai meneriaki kami untuk tidak dekat-dekat dengan jendela. Nanti ke sambar petir, alasannya. Kami tidak mengerti. Tapi kami menurut saja, menjauhi jendela.
Tiba-tiba saja siluet terelep-terelep memenuhi langit. Tiara sudah buru-buru ngumpet di balik selimut dekat-dekat dengan bapak yang sedang membaca Al-Qur’an.  
Itu salah satu kenangan masa kecil yang indah.  Di usia yang sekarang, di suasana yang sama. Di balik jendela yang hampir seumuran dengan kami. Melihat aliran air kala hujan tidak lah sepolos dulu.
Hujan lebat disertai desiran angin kencang bisa menjadi renungan panjang. Untuk bahan memikirkan banyak hal.
Oh, Tuhan yang Maha Menurunkan Hujan. Bukankah air hujan itu untuk menumbuhkan. Untuk menghijaukan. Lalu kenapa dengan pohon tumbang? Sewaktu kecil saja satu pohon kecapi besar roboh menimpa sebelah rumah kami. Pagi-pagi sekali bapak dibuat repot harus memperbaiki banyak hal. Mengganti Genteng-gentengyang pecah. Tembok rumah yang hancur menahan batang pohon. Padahal buah kecapinya enak sekali.
Pohon-pohon pisang terbaring tiduran. Yang baru berjantung pisang. Berbuah hampir matang. Bahkan yang masih kecil ikut roboh. Apakah karena pohon-pohon itu mengikuti takdir-Mu? Pasrah atas ketetapan waktu-Mu yang selalu tepat.
Oh, Tuhan Sang Maha Pengatur Turunnya Hujan. Desiran angin kala hujan menjadi renungan panjang. Untuk bahan memikirkan banyak hal. Lalu ke manakah puluhan daun-daun rambutan yang beterbangan tertiup angin. Ke mana pada akhirnya mereka berlabuh. Apakah mengikuti takdir-Mu? Daun-daun yang selalu ikhlas diterbangkan angin. Menuruti masa kontraknya hidup bertangkai di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)