Maret 23, 2016

RINTIK 8 - SEPELEMPARAN BATU



Fa, kala ditakdirkan dicintai oleh seseorang. Aku berharap tidak dicintai dengan sekaligus penuh. Sebab aku tidak ingin seketika meledak oleh tekanannya. Aku membutuhkan sedikit ruang udara, untuk menjaganya tetap utuh.

Layaknya hujan yang perlu merintik untuk sampai membasahi bumi. Tidak sekaligus turun bak air terjun membanjiri. 
            Aku akan meminta cintanya dikit demi sedikit, tapi aku harap berkelanjutan. Tidak pernah terputus. Mengalir seperti aliran air. Bak sebatang pohon yang berjalan teratur, meliuk-liuk mengikuti arus sungai yang membawanya kelautan lepas.
            Cintanya tidak perlu sampai jauh setinggi gunung atau seluas permukaan lautan. Cukup hanya sepelemparan batu saja.
Meskipun memang sepertinya mengasikan menikmati turunnya hujan di atas dataran tinggi. Seakan dekat sekali dengan sang awan. Atau mungkin ada sensasi lain ketika menyaksikan turunnya hujan di atas lautan. Melihat kecipak-kecipak air hujan beradu air laut.
Bagiku cintanya cukup sejauh sepelemparan batu saja. Agar aku selalu bisa melihatnya dengan dekat. Agar aku mudah membawanya kembali pulang. Ketika ia sedang jenuh. Berjalan beberapa langkah, menjauh untuk sekedar mencari udara segar.
Tidak perlu jauh-jauh mencarinya. Sepelemparan batu saja. Sebab, rasanya lebih nyaman menikmati hujan dari beranda rumah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)