Maret 24, 2016

RINTIK 11 - KULANICO



Jika sedang malas bepergian, aku memilih menghabiskan akhir pekan dengan ‘rutinitas favorit’ di beranda rumah. Biasanya jika sedang bosan membaca, beralih dengan menulis. Atau memilih opsi ketiga: berjam-jam menonton ulang koleksi anime di laptop.

Es teh manis yang kubuat satu jam lalu, sudah sisa separuhnya. Tapi kemajuan tulisanku masih skak di paragraf pertama. Buyar. Tidak ada ide sama sekali.
Tuk…. Tuk… tuk….
Iseng aku menjentakkan jemariku di atas meja. Mencari ide. Gregetan. Ayo apa saja yang bisa aku jadikan bahan tulisan.
Baru sadar ternyata sekumpulan semut mulai mengerubuti kulanico[1], semut itu kocar-kacir karena terusik oleh ketukan jemariku.
Seketika aku tersenyum, mengingat banyak hal. Tepatnya teringat percakapan kita dua pekan lalu. Ketika aku berkunjung ke rumahmu dalam rangka mengembalikan salah satu koleksi bukumu yang aku pinjam. Aku ingat sekali, saat itu kamu sedang membaca serial supernova: Gelombang. Karangan Dewi Lestari. - Salah satu penulis favoritku kita.
Waktu itu sebenarnya aku tidak ingin berlama-lama berada di rumahmu. –hanya mengembalikan buku, tidak ada kepentingan lain. Tepatnya tidak ada ide, alasan apa yang bisa membuatku lebih lama berada di sana.
Tapi hujan tiba-tiba membuat ‘kepentingan’ itu ada. Berhubung aku tidak membawa mantel. Mau tidak mau aku harus menunggu hujan reda.
Dan kamu tahu, Fa. Ternyata hujan memang suka menahan seseorang ya. Seperti yang dikatakan lagu-lagu tentang hujan itu. Rasa-rasanya aku perlu berterima kasih karenanya.
Hujan semakin deras. Angin meniup daun-daun pohon rambutan yang tumbuh di halaman rumahmu. Kita terjebak dalam suasana kaku di ruang baca. Lama tanpa ada yang memulai percakapan. Kamu izin beranjak untuk mengambil air dan beberapa cemilan di dapur. Sedangkan aku mulai memilah-milah buku di rak yang sedari tadi menarik perhatian. Tentu saja koleksi bukumu banyak sekali.
Aku rasa menunggu hujan reda sambil membaca tidak ada salahnya.
Beberapa menit berlalu, kamu kembali dengan dua gelas teh hangat. Dan setoples wafer rasa cokelat, cemilan kesukaan kita.
Satu menit lagi berlalu. Kamu kembali menekuni bacaanmu sebelumnya. Aku melirik, memperhatikanmu yang terlihat nyaman sekali membaca novel setebal  474 halaman itu. Ceritanya memang keren. Karena aku sudah lebih dulu menamatkannya.
“Kenapa kamu suka membaca?” aku iseng memulai percakapan.
Kamu menoleh sebentar ke arahku yang langsung pura-pura melihat-lihat halaman buku yang sedang aku pegang. Nibiru dan ksatria atlantis: karangan Tasaro GK.
“Karena buku mampu mencatat kenangan lebih abadi.” Katamu sambil membalikan halaman berikutnya. “Kisah-kisah hebat. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan. Dan apapun yang tercatat di buku adalah kenangan masa lalu dari orang lain yang menuliskannya pertama kali. Dan membaca membuat kita menemukan kembali kenangan mereka itu secara utuh.”
Aku mengangguk. Tanpa kamu melihatnya. Jawabanmu menarik sekali.
“Kalau kamu kenapa suka menulis?” tanyamu kemudian.
“Eh? Aku?” aku gelagapan tidak menduga akan mendapatkan pertanyaan itu. Aku berpikir sejenak. “karena….. suatu saat aku ingin tulisan-tulisanku itu ada yang membacanya.” Aku berusaha memilah-milah kata-kata yang tepat. “Ummmm… walaupun yang baca cuma satu orang sekalipun.” Setidaknya aku tahu kamu suka membaca.
Semoga nada suaraku terdengar normal-normal saja.
“Aku minum ya teh-nya.”
Kamu menoleh. Lalu mempersilakan dengan tersenyum. Entah ini efek gula dari teh-nya. Atau memang senyummu saat itu manis sekali.
Fa, bicara soal buku yang mengabadikan kenangan. Barangkali tidak hanya buku. Waktu, hujan - yang waktu itu entah kenapa awet sekali. Dan bahkan kulanico dari dua cangkir teh hangat yang kamu hidangkan pun bisa mengabadikan kenangan percakapan kita saat itu.
Seperti saat ini, meskipun kita sedang tidak berada di ruangan yang sama sekalipun. Kenangan itu tiba-tiba saja terbaca jelas dalam ingatanku.
Ah… rasanya aku mendapatkan banyak ide untuk bahan tulisan.


[1] Bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)