Maret 14, 2016

UNTUK SEBUAH NAMA

Kamu pernah merasa berat sekali menuliskan sesuatu? Kata-kata yang penuh ragu tidak seperti biasanya. Belum menjadi kalimat yang utuh, kamu hapus begitu saja. Kemudian kamu coba menuliskan kata-kata baru yang nasibnya pun sama saja.

Kamu harus tahu, seseorang yang terbiasa menulis kata-kata pun ternyata beresiko membuat luka dengan kata-katanya. Meskipun ia cukup lihai mengubah kata-kata sederhana menjadi kalimat yang indah dan puitis. Tidak ada jaminan ia lepas dari ketaledoran membuat luka. Menjadikan pembacanya tidak nyaman perasaannya.

Barangkali itulah yang beberapa pekan ini aku alami. Aku merasa kamu menjauh karena kata-kataku saat itu. Bahwa ada yang berbeda di antara kita sejak sepotong chat itu.

Barangkali hal itu juga yang membuktikan seorang yang (terbiasa) menulis, ternyata ia pun memiliki egonya sendiri. Bahwa tidak selalu ia bisa menyembunyikan perasaannya, tentang ketidaknyamanan pada hatinya, barangkali juga soal kecemburuannya, sedikit banyak tentang kecemasan dan ketersinggungannya. Ia tidak selalu pandai menyembunyikan semua itu di balik kata-kata tulisannya. Bisa dibilang ke spontanitas emosinya saat itu adalah kejujuran. Meskipun berakhir dengan luka yang tidak bisa disembunyikan. Dan sayangnya itu benar-benar berefek denganmu.

Entahlah sebenarnya apa yang sedang terjadi di antara kita. Yang pasti kita jadi kembali asing satu sama lain. Tulisan-tulisan yang pernah mengenalkan kita dan membuat menjadi lebih dekat. Kali ini ia yang menjauhkan kita lagi.

Aku tak tahu tulisan ini akan menyimpulkan apa. Setidak tahunya aku harus memulai kembali menyapamu dengan sapaan apa. Aku hanya berharap sepotong tulisan ini akan bisa bekerja dengan caranya sendiri.

Aku minta maaf, sungguh dari hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)